Tuesday, April 22, 2014

Mengapa Diet Sering Gagal?

Begitu sadar berat badannya bertambah, biasanya orang akan mencoba mengurangi makanannya. Mungkin menghindari sarapan, makan siang sedikit, atau bahkan tidak makan malam sama sekali. Anda berharap tubuh yang dikurangi makanan akan segera membakar kelebihan lemak dan berat badan akan menyusut. Banyak teori berpendapat bahwa masalah kegemukan disebabkan oleh pola makan yang berlebihan, sehingga solusinya adalah mengurangi porsi makanan.

Tubuh memiliki mekanisme alamiah untuk bertahan dalam kelaparan selama beberapa hari. Begitu makanan dikurangi, tubuh segera melakukan penghematan energi dengan menurunkan laju metabolisme basal atau Basal Metabolic Rate (BMR)-nya. BMR adalah energi minimal yang diperlukan tubuh dalam keadaan istirahat total. Padahal untuk membakar kelebihan lemak, tubuh justru perlu energi besar. Penurunan berat badan yang terlihat pada awal diet merupakan pengurangan sejumlah air dan glikogen (persediaan energi yang disimpan di dalam organ hati), bukan kelebihan lemak. Kalaupun ada lemak yang ikut terkikis, jumlahnya tidak berarti. Diet yo-yo atau diet sangat rendah kalori yang dilakukan secara berulang-ulang dapat mengganggu keseimbangan metabolisme, keseimbangan hormon, serta menurunkan daya tahan tubuh terhadap infeksi dan penyakit-penyakit lainnya.

Mekanisme tubuh juga memiliki appestat atau pusat pengendali nafsu makan pada otak, yang berfungsi sebagai pengukur kecukupan gizi dalam darah. Jika kebutuhan gizi terpenuhi, appestat akan memberi isyarat cukup pada tubuh. Sebaliknya, jika gizi kurang cukup, appestat akan terus memberi isyarat kurang, sehingga tubuh sering merasa lapar. BMR yang turun memerlukan lebih dari 5 minggu untuk kembali normal. Universitas Pennsylvania di Amerika Serikat pernah melakukan penelitian pada sekelompok orang yang melakukan diet rendah kalori. Terbukti bahwa 5 minggu setelah berhenti  dari diet rendah kalori, laju metabolisme mereka belum pulih sepenuhnya.

Melakukan diet-diet keras dalam jangka panjang memang dapat menghilangkan sejumlah besar lemak, tetapi sekaligus juga menghilangkan sejumlah jaringan otot dari organ-organ vital tubuh dan otot-otot tubuh lainnya. Keburukan diet semacam itu adalah, begitu kita kembali ke pola makan semula, yang dipulihkan lebih dulu justru jaringan lemaknya sehingga tubuh tampak bergelambir dan lebih gemuk daripada sebelumnya. Hal ini disebabkan BMR belum siap mengantisipasi perubahan pola makan sehingga makanan yang baru masuk tidak dapat dimobilisasi secara normal.

Kebanyakan diet penurunan berat badan berpedoman bahwa pengurangan berat badan berarti pengurangan asupan makanan. Supaya lebih langsing Anda dianjurkan untuk mengurangi kalori. Anda juga diingatkan bahwa kelebihan makanan akan diubah menjadi lemak sehingga Anda berkesimpulan bahwa kelebihan berat badan disebabkan oleh kebanyakan makan dan lemak. Padahal Anda sendiri pun tahu bahwa banyak orang yang tetap saja gemuk walaupun sudah berusaha mati-matian untuk makan secara sehat dan secukupnya. Sebaliknya, tidak sedikit pula orang yang memiliki nafsu makan luar biasa tetapi badannya tetap kurus.

Banyak faktor yang melatarbelakani masalah kelebihan berat badan. Antara lain menurunnya fungsi kelenjar tiroid yang tidak terdeteksi. Penderita kegemukan yang mengalami gangguan tiroid kebanyakan tidak didiagnosa dan dirawat secara rinci. Umumnya mereka hanya dianjurkan diet atau menjaga pola makan. Padahal faktor genetik juga berperan dalam menentukan efisiensi kerja kelenjar tersebut. Orang juga bisa mengalami kegemukan karena fungsi penyerapan gizi dan fungsi hatinya tidak normal. Kelebihan berat badan akan sulit diatasi apabila fungsi tubuh ada yang tidak beres. Karena itu diet rendah kalori tidak bisa berhasil pada orang gemuk yang mengidap gangguan tiroid, selama tubuh mereka masih dalam kondisi kekurangan gizi.

Faktor keluarga, faktor fisiologis, atau faktor psikologis juga bisa melatarbelakangi masalah berat badan. Kebanyakan kasus kegemukan lebih banyak dipengaruhi faktor keluarga daripada kecenderungan genetik (Haas 1992). Walaupun faktor genetik bisa dijadikan alasan, namun faktor pencetusnya dihasilkan oleh gaya hidup yang ditanamkan sejak dini dalam lingkungan keluarga. Jika orangtua yang kegemukan tetap membiasakan pola makan yang buruk di dalam keluarga, anak tentu meneruskan kebiasaan buruk orangtuanya dan kemungkinannya juga besar untuk mewarisi masalah kegemukan orangtuanya.

Faktor fisiologis adalah faktor yang berkaitan dengan kondisi fisik. Misalnya, naiknya berat badan pada masa pertumbuhan anak, wanita hamil, atau menopause akibat ketidakseimbangan hormon, dan pada orang dewasa serta lanjut usia yang kurang olahraga atau gaya hidupnya tidak pernah aktif. Sedangkan faktor psikologis berkaitan dengan kondisi mental atau emosi seseorang. Misalnya, jika sedang stres orang cenderung melampiaskan perasaannya dengan melahap makanan-makanan manis atau makan terus-menerus.

Karena itu, bisa jadi program diet Anda selalu gagal karena Anda tidak menyadari hubungan antara masalah Anda dengan faktor-faktor tersebut di atas. Bisa juga Anda memang tidak tahu sama sekali, sebab yang Anda peroleh hanyalah nasihat harus mengurangi makanan atau kalori. Cara itu mungkin berhasil untuk sementara waktu. Tetapi begitu Anda makan biasa lagi, berat badan malah melonjak naik. Suatu saat tubuh akan menyerah juga jika terlalu sering dipaksa menaik-turunkan beratnya, yaitu dengan membiarkan dirinya sakit-sakitan atau semakin gemuk.

Dengan memahami latar belakang penyebabnya, Anda diharapkan menjadi lebih mampu mengendalikan pola makan. Anda tidak perlu menahan-nahan lapar atau menakar-nakar kalori setiap ingin makan. Menakar-nakar bukan pekerjaan mudah. Memikirkannya saja sudah menimbulkan stres tersendiri. Apalagi kalau sedang menghadiri undangan teman, di pesta atau di restoran. Apakah Anda harus berkali-kali memaafkan diri sendiri setiap kali terpaksa membatalkan diet? Apakah Anda terus berencana untuk mengulang program diet dari awal, namun setiap kali hanya diakhiri dengan mencoba program diet yang lain lagi? Ataukah Anda berasumsi bahwa kalori yang Anda santap saat itu dapat terbuang dengan melakukan jogging atau aerobik? Sebaiknya Anda tahu, bahwa olahraga itu hanya untuk mengencangkan otot dan menggetarkan peredaran darah serta kelenjar limfatik. Tanpa pola makan yang terjaga, olahraga hanya akan menjadi usaha yang sia-sia.


Sumber: Andang Gunawan, FOOD COMBINING: Kombinasi Makanan Serasi, Pola Makan untuk Langsing dan Sehat.
Gambar diambil dari sini.

0 comments:

Post a Comment